animasi blog

Senin, 11 Maret 2013

Pertunjukan Kuda Renggong


Pertunjukan kuda renggong diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh panitia hajat. Setelah itu, barulah anak yang telah dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki kuda renggong. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan.

Setelah anak yang akan diarak siap, maka sang pemimpin (pelatuk) akan mulai memberikan aba-aba agar pemain silat (pengatik) dan sang kuda mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Tarian yang biasa dimainkan oleh pesilat bersama kuda renggong tersebut adalah tarian “perkelahian” yang terjadi diantara mereka, yang diantaranya adalah: gerakan kuda berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Sementara kaki depan bergerak seperti mencakar pesilat, gerakan-gerakan yang seolah-olah menginjak perut pesilat, gerakan menginjak kepala pesilat menggunakan kaki depan, dan gerakan-gerakan pesilat saat beraksi di sekitar punggung kuda. Sebagai catatan, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sang kuda tidak begitu tinggi karena di atas punggungnya terdapat anak yang dikhitan atau pejabat yang menungganginya.

Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh para wiyaga untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Jaipong, Ketuk Tilu, dan Joged seperti: Paris Wado, Rayak-rayak, Botol Kecap, Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng, Reumis Janari, Daun Pulus, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya).

Pertunjukan kuda renggong ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Setelah itu, diadakan acara saweran yang didahului oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh juru sawer (ahli nyawer) dengan menggunakan sesajen yang berupa: nasi tumpeng (congot), panggang daging, panggang ayam (bakakak), sebuah tempurung kelapa yang berisi beras satu liter, irisan kunyit, dan kembang gula. Dan, setelah acara saweran yang dilakukan dengan menaburkan uang logam dan beras putih, maka pertunjukan pun berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi pengunjung Blog ini boleh memberi komentar kepada artikel - artikel yang ada di Blog ini,tapi berkomentar nya yang sopan dan tidak berkomentar jorok.