animasi blog

Senin, 11 Maret 2013





Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.
Wayang Golek si Cepot
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Pesilat Dengan Kuda Renggong


Para pemain kuda renggong umumnya adalah laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri atas: seorang pemimpin kelompok (pelatuk), beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang pemain silat. Para pemain ini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan kuda renggong yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para pemain waditra.

Asal Usul


Kuda renggong adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 1-4 ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kuda-kuda tersebut biasanya duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kata renggong adalah metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan (langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher.

Kesenian kuda renggong atau yang dahulu biasa disebut kuda igel karena bisa ngigel (menari) ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Waktu itu (sekitar tahun 1880-an) ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia.

Selanjutnya, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang (adean), gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi (beger), gerak langkah pendek namun cepat (torolong), melangkah cepat (derep atau jogrog), gerakan kaki seperti setengah berlari (anjing minggat), dan gerak kaki depan cepat dan serempak (congklang) seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu. Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama tiga bulan berturut-turut hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.

Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ‘ngarenggong’ membuat Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian kuda renggong.

Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian kuda renggong bukan hanya menyebar ke daerah-daerah lain di Kabupaten Sumedang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung dan Purwakarta. Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan, baik dalam kualitas permainannya maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan. Di Kabupaten Sumedang kualitas permainan kuda renggong diukur menurut standar Persatuan Kuda Sumedang (PKS) yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) kuda kualitas baik dan pernah menjadi juara dalam festival kuda renggong tingkat kabupaten; (2) kualitas kuda tingkat pertengahan (kualitas pasaran/pasaran mentas); dan (3) kuda renggong yang masih dalam tahap belajar (kuda baru).

Tempat dan Peralatan Permainan


Kesenian kuda renggong ini umumnya ditampilkan pada acara: khitanan, menyambut tamu agung, pelantikan kepala desa, perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Biasanya dilakukan pada siang hari dan berkeliling kampung. Durasi sebuah pementasan kuda renggong biasanya memakan waktu cukup lama, bergantung dari luas atau tidaknya kampung yang akan dikelilingi.

Peralatan yang digunakan dalam permainan kuda renggong adalah: (1) satu sampai empat ekor kuda yang sudah terlatih beserta perlengkapannya yang terdiri dari: sela (tempat atau alat untuk duduk penunggang kuda), seser (pembalut kepala kuda), sanggawedi (pijakan kaki bagi penunggang), apis buntut (tali penahan sela yang dihubungkan dengan pangkal ekor kuda), eles (tali kemudi kuda), kadali (besi yang dipasang pada mulut kuda untuk mengikatkan tali kendali), ebeg (hiasan sela), sebrak (lapisan di bawah sela agar punggung kuda tidak luka/lecet), dan andong (sabuk yang diikatkan ke bagian perut kuda sebagai penguat sela agar tidak mudah lepas dari punggung kuda); (2) seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), sebuah terompet, dua ancak ketuk (bonang), sebuah bajidor, dua buah gong (besar dan kecil), satu set kecrek, genjring, dan terbang atau dulang; dan (3) busana pemain kuda renggong yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu busana juru pengrawit (wiyaga) dan busana pemain silat (pengatik). Busana juru pengrawit terdiri dari: baju seragam biru lengan panjang dan berstrip putih, celana panjang, tutup kepala iket loher, dan sandal. Sedangkan busana pemain silat terdiri dari: celana pangsi berwarna hitam, tutup kepala iket loher, dan ikat pinggang kain berwarna merah.

Pertunjukan Kuda Renggong


Pertunjukan kuda renggong diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh panitia hajat. Setelah itu, barulah anak yang telah dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki kuda renggong. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan.

Setelah anak yang akan diarak siap, maka sang pemimpin (pelatuk) akan mulai memberikan aba-aba agar pemain silat (pengatik) dan sang kuda mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Tarian yang biasa dimainkan oleh pesilat bersama kuda renggong tersebut adalah tarian “perkelahian” yang terjadi diantara mereka, yang diantaranya adalah: gerakan kuda berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Sementara kaki depan bergerak seperti mencakar pesilat, gerakan-gerakan yang seolah-olah menginjak perut pesilat, gerakan menginjak kepala pesilat menggunakan kaki depan, dan gerakan-gerakan pesilat saat beraksi di sekitar punggung kuda. Sebagai catatan, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sang kuda tidak begitu tinggi karena di atas punggungnya terdapat anak yang dikhitan atau pejabat yang menungganginya.

Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh para wiyaga untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Jaipong, Ketuk Tilu, dan Joged seperti: Paris Wado, Rayak-rayak, Botol Kecap, Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng, Reumis Janari, Daun Pulus, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya).

Pertunjukan kuda renggong ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Setelah itu, diadakan acara saweran yang didahului oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh juru sawer (ahli nyawer) dengan menggunakan sesajen yang berupa: nasi tumpeng (congot), panggang daging, panggang ayam (bakakak), sebuah tempurung kelapa yang berisi beras satu liter, irisan kunyit, dan kembang gula. Dan, setelah acara saweran yang dilakukan dengan menaburkan uang logam dan beras putih, maka pertunjukan pun berakhir.

Prabu Nalaka Sura Boma Pejah.


Bagean 1
Cover: Anterja

Sang nalendra Prabu Batara Kresna remagan Setiaki kawuwuh patih udawa sami tungkul ninggal ajrih sang nalendra Watek Wantos Prabu Batara Kresna duduwong samanea Mangnusa trusing madu trahing kususmah titising andanawirih trahing dewa kamanusaan.
Tugas Maha Tunggal pikeun Ngarengse keun Pacogreggan Di alam Dunya.

Ngandika kawedalinglisan mekta pengandika nipun...
Batara Kresna: Eladala... Yayi... Oge kakang Patih Udawa yap kapayun calikna...
Setiaki: Kaula rayi setiaki nampi kana pembage kalayan unjuk sumangga Ngahatur keun sembah sungkem ka hunjuk Raka Batara...
Batara Kresna: yayi pujastuti sampean akang trima dening tangan loro kiwa tengen pulungi ati pun dehing mastaka...
Setiaki: hatur nuhun kalihna perkawis hapunten tina kalepatan ageung sinareng alit.
Batara Kresna: atuh urang saling maklum rayi...
Setiaki: Dawuh...
Batara Kresna: Bujeng hingga akang jeung dulur, dalah jeung deungeun-deungeun oge geus jadi kawajiban manusa ari soal saling maklum mah, eta teh jadi jimat anu paling ampuh di alam dunya saling hampura.
Setiaki: Katilu perkawis tansah di ajeng-ajeng aya pikersaeun naon purwa pan jenengan raka batara kersa nimbalan?
Batara Kresna: memang aya hal-hal anu baris di padung deng keum dina waktu ayeuna..
Kang kakang Udawa.
Patih Udawa: Ngahatur keun sembah sungkem ka hiunjuk panjenengan Gusti prabu.
Batara Kresna: kakang pujastuti sampean di tarima kudua leungeun kenca jeung katuhu simpen pulungi ati pun dehing mastaka...
Patih Udawa: Kalayan pun adi wilujeng sumping...
Setiaki: nuhun nuhun kang...
Patih Udawa: tansah di ajeung-ajeung aya pikersaeun naon Gusti prabu...
Batara Kresna: oh kieu, Saperkawis ngahatur keun rebu nuhun laksa ketika bingahan kang rayi oge kakang Udawa parantos nyaosan pangangkir kaula, kaduana ti eta kaula salaku ais pangampih di ieu nagara ngahatur keun pangajen anu saluhur-luhurna ka setiaki sareng kakang Udawa teu kantun ka sajumlah aplatur nagara Malih panghandapna ka tokoh masyarakat parantos ngarojong kamajengan di ieu nagara...
Setiaki: nampi nuhun.
Patih udawa: nuhun nuhun...
Batara Kresna: tina dasar rumasa hirup teu cukup ku sorangan bisana nagara subur makmur gemah ripah loh jinawi aman kerta laharja teh ieu teh hasil gawe nu rancage , ti mimiti ti sajumlah aplatur nagara kaula miwah tokoh masyarakat tangtuna oge ieu teh pada-pada nyingkil keun baju leungeun kenca jeung katuhu pikeun ngaronjatna nagara jeung bangsa.
Patih Udawa: Dawuh leres...
Batara Kresna: ku kituna kaula umajak ka sakur nu ngaku warga nagara na langkung di tingkat keun deui dina sagala rupa hal widang kagiatan.
Setiaki: di esto keun di esto keun...
Patih Udawa: di esto keun pangersa.
Batara kresna: tah pamungkasna nyaeta ieu teh ngeunaan pribadi kaula dina ngajalan keun kawajiban nagara boh kawajiban salaku batara bisana tentrem di gawe saumpama euweh gangguan naon-naon kana hate da ari hate mah da puguh hate di pangpaler keun oge hese
Setiaki: leres leres...
Batara Kresna: hampir sajumlah manusa anu hirup di alam dunya lamun ka ganggu hatena kana pagaweannana teh sok rada ngurangan malah kaula ngarasa boga dosa nyaeta dina ngawakap keun diri ka nagri sebaraga ka nagara teh aya ka kurangan anu luar biasa.
Patih Udawa: leres leres
Batara Kresna: nyaeta ku ayana ka ganggu hate, ka sebit ati ku kajadian pribadi kaula.
Setiaki: leres tina perkawi
Batara Kresna: tina perkara kajadian nu geus ka alaman dina mangsa ti Prabu nalaka sura ti nagara Traju Trisna anu eta raja teh meredih sabab Purwaganda anak kaula.
Setiaki: leres
Batara Kresna: sanajan bari budakna bedegong, Rada basangkal, memang mol nyalah keun anak ieu teh suwatara kurang merhati keun kana jadi anak da puguh rayi oge apal yen akang teh sarua jelema, ngaran-ngaran jelema tungkul tempat ka luluputan tanggah tempat ka lelepatan samenit ganti sajam robah janji sore rajeun tara ka pake isuk eta jelema ,sabab jelema teu cicing dina hiji martabat sok ka salahan sok ka benerean.
Setiaki: leres leres...
Batara Kresna: aya pohona ,aya balangahna heu...
Patih udawa: timbalan.
Batara Kresna: Tina datangna eta raja ti Traju trisna meredih supaya Samba anak kaula nyaeta daekeun ka eta putri atuhna si Samba nepi ka nolak Atah-atah sabab ningali pimitohaeunna teh buta jangkung geude simbar dada pikasieuneun budak.
Setiakai: leres leres...
Batara Kresna: ceuk pangningalina meureun kaula ngabayang keun bapakna geus kitu komo meureun anakna padahal mah yakin eta Putri Geulis kawanti wanti endah ka bina-bina lucu taya nu nuruban saperti widadari lumungsur ti kahiangan.
Patih Udawa: dawuh...
Batara kresna: Di olo rebuan pangolo pari basana tetep Samba Nolak, Nampik sapajodogan Hareupeun bapakna nepi ka nyebut keun teu sudi abrig-abrigan atuh beungeut akang teh luar biasa erana asa di popokan kokotor...
Setiaki: kantenan pasti
Batara Kresna: Bingung... Kumaha cara ngubaran eta pi besaneun supaya ulah ka ganggu hatena sangkan ka beuli hatena nya akang ningali dina gambar lopian nyaeta neangan jalan kaluar supaya eta besan ulah ka singgung, Inget akang teh boga anak ti nyi pertewi ngaranna teh Sutija.
Setiaki: Leres...
Batara Kresna: harita keneh ku akang di calukan ti lapisan bumi ka tujuh si Sutija di bawa ku indungna, Cek keng ki besan sanajan harita can jadi besan da puguh kaula teh ngubaran hatena, Kumaha putri teh teu ka Si Samba oge nya aya gentosna ka Anak kaula keneh ti nyi pertewi Si Sutija, barang ningali Sutija geus satadina ku kaula di talek kudu daek nya budak teh daekeun atuh pibesaneun teh luar biasa bungahna ka tingali Pameunteuna Marahmay, Da puguh aya gantina teu eleh kasep Sutija oge, ngan saacan eta carita Si samba teh harita ku akang di Usir..
Patih Udawa: seun di Usir
Batara Kresna: tah nepi ayeuna can nempo Bulu-buluna acan..
Setiaki: ehm anu mawi kaula parantos milarian kaditu kadieu milarian ka dulur lapur, baraya teu aya...
Batara Kresna: ari sutija mah ayeuna Teh geus nerus keun jadi raja mitohana, nya jadi raja di nagara Trajutrisna dina gelar Prabu Nalaka Sura Boma... Tah anu jadi bingung kana kolbu anu jadi harengheng kana hate ieu nu jadi anak, si samba dugi ka danget ieu teh can panggih deui di teangan ka kulon los, ka kidul lapur, ka kaler weleh, ka kulon teu aya...

"Nuju dina salebeting Obrolan Ka bingung lajeng Datang Raden Gatotkaca Ti Amarta"...

Gatotkaca: Sampurasun wa...
Batara Kresna: ee,,ee,, itu saha aya di luar...
Setiaki: weh Geuning aya Pun anak Gatotkaca...
Batara Kresna: Gatotkacw, Rampes... Mangga Ka lebet cu...
Setiaki: kalebet lo...
Gatotkaca: Sembah Sungkem ka hunjuk panjenengan wa...
Batara Kresna: Di tampi nuhun cu,
Gatotkaca: teu kantun ka uwa Patih sareng Paman Arya...
Patih Udawa: Nuhun bageur...
Setiaki: Nuhun lo nuhun... Kumaha damang Pinisepuh di amarta...
Gatotkaca: Kaleresan aya hibar Paman,,,
Batara Kresna: aya naon Kasep...
Gatotkaca: Pangapunten wa sateu acanna, kaula mios ti Amarta teh ieu bade ngadugi keun Pancen anu di pundut ku salira uwa sasih kamari, Perkawis milarian Kakang Samba...
Batara kresna: tah,,, kumaha cu...
Setiaki: sok lo laporanna...
Patih Udawa: sok kasep...
Gatotkaca: Kieu wa, Pancen ti uwa sasih kamari nyuhun keun bantosan pikeun milarian kakang samba, Nya kaula teh Ngontek bantosan ka kakang Jaka Tawang sareng Kakang Anterja, Ngerah keun Pasukan Garuda Ngapak, Singara Denok sareng Sijala Tuna nanging Hasilna Nihil wa...
Batara Kresna: ehm... Nihil
Gatotkaca: nihil wa, nanging Mangkukna Kaula Ka sumpingan Kakang Anterja ti Lapisan Bumi ka Opat...
Batara: tah tah tah...
Setiaki: cik lo,,, boa boa boa...
Gatotkaca: kakang Anterja teh Mendak Layon wa, nanging eta layonna teh Di pergasa nyaeta Di aniaya dugi ka di cacag korban Mutilasi, Mastakana, panangan sareng sampeanna...
Batara Kresna: ehm ari kitu...
Gatotkaca: Ieu mah parantos kieu kajadianna uwa,,, Di tinggal dina alat di sami keun sidik jari sareng sajabina, Yakin Ieu Layona Kakang Samba Purwaganda Kalayan nyangga keun Layonna ku kaula di bantun...
Batara kresna: aduuuhhhh...
Setiaki: waaahhhh...

Yawis Kena Dihin Pinasti mapag Kersahyang Widi,,, Tumungku.....

Batara Kresna: aaaaahhhhhhhh,,, Samba.... (Batara kresna nangis balilihan)
Setiaki: samba,, waaaaaa.... Saha lo, saha nu nandasana...
Gatotkaca: mangga antos wae paman...

"Saban-saban robah mangsa ganti
wanci ilang bulan kurunyung taun,
sok mineng kabandungan manusa
sanajan ngalamun salaput umur
kahayang patema-tema kareup
hanteu reureuh-reureuh, geuningan
nu bakal ka rasa jeung ka randapan
lintang ti takdir ilahi.

Sakabeh jalma bakal ngalaman dina ieu hirup di alam anu pinuh ku romantika ka hirupan.
Seuri, ceurik, sedih, musibah jeung
sajabana.

Paingan Agama mere beja aya kecap SABAR.
Sabar dina harti lain Ditampiling
kudu cicing, ditajong kudu
morongkol, digebug kudu
murungkut,

Sabar dina narima papasten boh
hade boh goreng. Supaya jalma
ngarti yen ieu teh dunya, yen bakal
aya kahirupan anu leuwih alus ti
batan kahirupan dunya nyaeta
Akherat.

Natrat katerangan ilahi, Maha
benar Allah swt sareng Firmanna..."

Ieu Prabu Batara Kresna Tina kasedih jadi nafsu anu ngagudur-gudur amarah teu kawadahan...

Batara Kresna: Gatotkaca saha mangkelukna nu nandasa samba, secara teu langsung ieu nantang ka uwa... SETIAKI..!
Setiaki: kaula paduka, Kaula nyayogi keun tanaga Sareng emutan pikeun males pati, hutang pati di bayar pati, hutang wirang di bayar wirang...
Batara Kresna: kaula bakal make hukum anu sa'adil-adilna...
Patih Udawa: kaula oge nyayogi keun tanaga sareng emutan...
Gatotkaca: dina laporan kakang anterja ieu layon teh di kubur di hiji leuweung wa kalayan di jaga'an ku para Denawa, ari eta leuweung teh ka lebet ka nagara Trajutrisna sareng kakang Anterja newak salah sahiji patugas di eta leuweng di introgasi.
Batara Kresna: naon alesanna di tandasa ..
Gatotkaca: Dina eta carita patugas nu ngjaga leuweng teh, Kakang samba sumping nepangan Kakang Sutija anu tos janten Raja di Trajutrisna, ari kakang samba pendak sareng bojona kakang Sutija anu geulis kawanti wanti,,
Nya kakang samba teh menta bojo kakang sutija menta secara paksa, dugi ka patutunggalan nanging nya kitu tea wa, tos kieu kajantennanna...
Batara Kresna: ehm nuhun kasep sareng uwa ngahatur keun rebu nuhun kana sadayana bantosan ti hidep, anterja, jaka tawang sareng pini sepuh amarta...
Kieu kasep sakantenan urang kepung eta nagara Trajutrisna nanging sateuacan urang serang, Wayahna Ngirim keun utusan ka trajutrisna Apakah si Sutija rek narima kana kasalahan atawa arek kumaha, bisi nantang perang, uwa bakal ngirim pasukan...
Gatotkaca: mangga uwa, di esto keun...
Setiaki: wayahna nu bageur emang oge bakal ngajugjug trajutrisna...
Patih Udawa: kaula oge siap...
Batara Kresna: wayahna gatotkaca ulah di isuk pageto keun...
Gatotkaca: mangga uwa, putra gatotkaca pamit...
Batara Kresna: bral...
Setiaki: nhun lo...
Patih Udawa: nuhun anaking...

Bersambung....



Senin, 25 Februari 2013

Asal Mula Kuda Renggong

Menurut salah satu tokoh kuda Renggong sekaligus pemilik Kuda Renggong “Satria Grup” Bapak Olot Eman di Desa Ciaseum Kecamatan Conggeang – Sumedang, Kuda Renggong adalah sebutan bgi kuda yang pandai menari. Karena Kata “Renggong” artinya penari. Kuda Renggong adalah kudaa penari. Kata Renggong mengambil dari kata “Ronggeng” yang artinya oraang yang berprofesi sebagai penari yang pada umumnya diperankan oleh perempuan. Karena istilah itu digunakan untuk binatang peliharaan, maka kata Ronggeng dirubah menjadi Renggong, untuk sekedar membedakan maksud dan tidak disamakan dengan manusia.
Informasi lain diperoleh dari Aki Eme salah satu tokoh seni Kuda Renggong di Desa Hariang, Kec. Buahdua - Sumedang, menambahkan bahwa Kuda Renggong adalah kesenian tradisional asli Sumedang yang keberadaanya di mulai di Desa Buahdua yang pada waktu itu masih berada di wilayah Kecamatan Conggeang (sebelum dimekarkan menjadi Kec. Buahdua).  Pemilik Kuda Renggong pertama bernama Aki Alsipan yang kala itu memiliki banyak kuda yang diabur (digembalakan bebas) di sekitar hutan Desa Buahdua. Selanjutnya diikuti oleh beberapa orang pemilik kuda yang mengikuti jejaknya melatih kuda menjadi kuda renggong dan menyewakan pertunjukan kuda renggong kepada masyarakat dengan iringan musik Kendang Pencak.


Pendapat lain tentang asal mula Kuda Renggong Sumedang seperti dikemukakan oleh salah satu pengamat Budaya di Sumedang Bapak Didi,dalam Coutesy Youtobe yang berjudul “Kuda Renggong, Palias Laas Ku Mangsa” menyatakan bahwa pertunjukkan kuda Renggong sebagai seni kuda menari diawali pada tahun 1910 di tempat kediaman Dalem (Bupati jaman dahulu) Sumedang pada acara khitanan cucu “Kanjeng Dalem”.


Kedua pendapat tersebut  tentunya sangat terkait, dimana tumbuhnya seni Kuda Renggong di masyarakat diilhami oleh adanya “even” pertunjukan Kuda Renggong pertama yang dilaksanakan di Kedaleman Sumedang yang pada saat itu dianggap sukses karena unik dan sekaligus menarik minat masyarakat untuk mengembangkannya. Dan terbukti pada masa-masa selanjutnya seni tradisonal ini begitu populer di kalangan masyarakat sumedang, dan seolah-oleh menjadi kalimat wajib menyewa Kuda Renggong jika mengadakan perta atau hajatan khitanan anak.

 Sumber :  http://kudasumedang.blogspot.com/p/profil-kuda-renggong-sumedang.html


★Bambang Yudha Angkasa★

Pamungkas Carita

Semar: agan,,
Gatotkaca: ee,,ee,,, uwa naha hararampang kieu ieu awak kaula, ieu sora jadi leutik...
Semar: kedah kitu nun,,,
Gatotkaca: tah ayeuna wujud parantos gentos,,, tinggal ngaran wa... saha kinten-kintena pingara neun kaula wa,,,
Semar: ninggal dina dedegan kieu mah pantesna tina Bambang...
Gatotkaca: Bambang? Naon wa,,,
Semar: Bambang Yudha Angkasa..
Gatotkaca: Bambang Yudha Angkasa..! Ehm nuhun wa, geunah ka kupingna ku kaula wa, mudah-mudahan wae aya hikmahna wa,,,
Semar: ih leres agan,,,
Gatotkaca: Ayeuna kaula bade ngaburak barik begal-begal wa, supados Anggean, tuangeun, obat-obatan sareng sajabana tiasa dugi,,, nuhun wa.
Semar: Sawangulna nun,
Gatotkaca: Ari si cepot jeung dawala ka mana wa?
Semar: apan nganteur tuang eyang Raden Arya setha sareng Raden Werat sangka ti nagara Wirata pikeun besuk...
Gatotkaca: wah cilaka wa, begal wungkul di leuweng teh...
Semar: anu mawi, enggal bujengan..
Cepot: pak bapak...
Semar: saha???
Cepot: abdi,,,
Gatotkaca: ituh geuning si cepot dawala wa...
Cepot: deung deulet deung deuleteng, tumila leungit tuma, tumila leungit tuma, tumila leungit tuma, oh sayang,,, boneka butut, hihihi...
Semar: ih ilaing geuning ujang,
Cepot: Sembah ka pihatur rama Prabu, sembah putra aya dina dampal sampean pangersa...
Semar: hahaha,, heu di tarima..
Dawala: sampurasun,,,
Semar: rampes jang,,
dawala: saha ieu pak meuni kasep jiga kuring?
Cepot: puguh jiga dwek..
Dawala: mirip ti mana na ari aka?
Cepot: sok porosot keun calanana, akur keun jeung nu dwek... hehe
dawala: ah ka mana weh karep...
Cepot: saha pak ieu budak?
Semar: anu arek tatamba ka dwek, hyng di gampang keun jodo...
Cepot: ari raden gatotkaca mana?
Semar: heueh dwek teh nempo,. Ari di teang teh euweh kabur...
Cepot: saha?
Semar: eta juragan gatotkaca,,,
Cepot: aduh eta si bolotot meuni euweh tanggung jwbna pisan, Raden Arya Setha jeung Werat sangka teh di tewak begal pak, ayeuna si bolotot euweh,,, rek kasaha menta tulung???
Gatotkaca: ih si goblog
semar: ih,,, antep agan,,, ujian-ujian,,,
Jang keun bae meureun aya kariweuhan di pringgandani...
Cepot: wehhh,,, meuni euweh tanggung jawabna pisan..
Gatotkaca: keun ku kaula urang lawan mang eta begal teh,,,
Semar: tah anteur jang ieu budak...
Cepot: saha cep kakasih teh?
Gatotkaca: kaula Bambang Yudha Angkasa..!
Cepot: ah Raden Arya Setha jeung Werat sangka kurang kumaha jago, eleh weh.. komo ieu,,, meuni begang... teu percaya ah
Gatotkaca: cing percanten mang, hayu pangnuduh keun jalan mang, kaula teh hayang ngetes elmu...
Cepot: heug atuh, tapi syarat pangancur keun ieu batu (bari nyokot batu sageude sirah)
mun di teunggeul ancur, di tuduh keun jalanna..
Gatotkaca: mangga, moal di teunggeul ieu batu ku kaula, rek di cabak wae yeuh pasti ancur..!
(Bari di cabak batu)
#Darrrrkkkkk
Dawala: gusti, eta elmu,, tah aka tong waka ngaremeh keun elmu batur...
Cepot: nya'an jago euy, wah yakin si bolotot bakal eleh ku ieu budak...
Gatotkaca: saha mang si bolotot teh?
cepot: gatotkaca...
Semar: tong kitu jang bisi ka dengeun...
Cepot: wah,,, moal
Dawala: naha aka meuni geuleuh-geuleuh teuing ka raden gatotkaca?
Cepot: atuh da meuni euweh tanggung jawabna pisan... hayu cep bambang tutur keun emang...
Pak pamit heula pak... doa keun cing salamet nya
Semar: heueh jig jang,, anteur yeuh budak...
Dawala: pak pamit atuh,,,
Semar: heueh cing salamet jang
Gatotkaca: ka palih mana mang jalanna?
Cepot: lurus weh cep, beulah kaler ti gunung itu,
Gatotkaca: rada tebih geuning...
Cepot; nya,,
Gatotkaca: abdi tipayun weh nya mang,, bpk semar kaula pamit (berrr ngapung ka awang-awang)
Cepot: hoor bisa ngapung geuning kawas si bolotot... hayu nyong tutur keun euy... mun panggih jeung si bolotot rek di gelut keun ka eta budak..
Dawla: ah naha eta teh...

Tunda lampah eta ka carios Setha sareng Werat Sangka anu parantos di cangcang dina tangkal kai anu geude..
Senopati Buta: hey dulur-dulur urang pesta kemenangan euy, bawa eta inuman euy, duh eta lauk di walungan meuni cing karucibek urang nguseup ah...
Eupan Cangkilung "kalah di langkung"
Ku eupan papatong "kalah di pelong"
ku eupan colek "kalah di deulek"...
Lek clom lek clom deulak deulek nambul oncom...
(Kliningan Teh Masyuning heula lur)

Senopati buta: alah teu meunang laukna oge, waduh atuh paingan kenur wungkul...
Pasukan aink keur pesta kemenangan, aya anu keur nginum mah, aya anu hahaleuangan, aya anu dansa, wah,,, sagala rupa...
Buta: sampurasun gusti,,,
Senopati buta: rampes, aya naon?
Buta: aya kajadian gusti, tawanan urang Arya setha jeung werat sangka kabur gusti, geuning di teang teh aya tapak peso di keuret...
Senopati buta: naha teu di jaga'an?
Buta: dulur-dulur keur marabok atuh gusti, jaba aya anu bebela mela'an tawanan.
Senopati buta: saha anu mela'an, sabara urang?
Buta: aya 3 jalma, gusti.
Di antarana Bambang Yudha Angkasa,
Senopati buta: tuluy,,,
Buta: anu tadi nu di iket jeung anu panjang irungna...
Senopati buta: wah cilaka,, buru buru, bisi dunungan urang ngambek...

Cepot: wah euy bner memang hebat eta budak Bambang yudha angkasa.. hayu jang ah urang terus bejuang...

Bambang yudha angkasa sareng Arya Setha ngamuk ngaburak barik para denawa, Raden Werat sangka hebat dina mentang keun panahna, cepot dawala pon kitu deui sami-sami bejuang, dugi ka para denawa pabalatak lajeng datang Raja Denawa pimpinan para begal...

Raja Begal: aiittt,,, Bambang yudha angkasa hayoh maju...
Gatotkaca: hayoh maju...

Penasti kersahyang demam para, Bambang yudha angkasa di tinggang ku Kakutan anu luar biasa ku raja Begal dugi ka mulih ka jati mulang ka asal dadia Raden Gatotkaca...

Raja begal: aeeetttt... #daerrrrr
Naha,,, jadi Anak pandawa,,,
Ett prabu duryudana.... (bari lumpat bade laporan)

Gatotkaca: wah cilaka,,,
Werat sangka: incu eyang gatotkaca, awas urang tembak eta mang keluk...
Gatotkaca; wettt

Werat sangka: rasa keun ieu panah kurang ajar...
#Siiiiuuuttttt...

Raja begal: Prabu duryudana,,,
#Aakkkhhhhh....

Cepot: wah hebat euy,,,
Werat sangka: teu sapira siah,,,
Gatotkaca: pot kadieu pot,,
Cepot: alim... alimmm....
Werat sangka: naha make jeung susulumputan atuh cu,,
Gatotkaca: ih inggis ku risi hempan ku ka aya'an eyang... kadieu pot...
Werat sangka: naha aya naon jeung si cepot?
gatotkaca: nyebut bolotot,,
Werat sangka: mun jeujek...
Tah kasep ayeuna mah itu 2 kareta deui sesa, urang tepi keun kanggo besuk... pang nuduh keun jalanna,,
Gatotkaca: mangga...
Cepot: tah euy geus beak begal-begal teh tumpur,,, bakal lancar jigana besuk teh...
Mung sakitu dulur kaum dangu ieu lakon Bambang Yudha Angkasa teh,, Hapunten bilih aya kalepatan...
Di pungkas ku Kembang tineutik sineubaran sari tutup lawang sigotaka, cag..!



TAMAT LALAKON

★Bambang Yudha Angkasa




Bagian 2

 
Raden Arya Setha, Werat Sangka di sarengan ku Astrajingga Dawala ka iring Waladia Balad tamtama nuju ngareureuh keun Cape ngajugjug alas Kamiaka bade besuk Pandawa...

Astrajingga dawala anu sasatna nuju ngareureuh keun cape,
Saprattanepun aya Buta anu nyaketan kalayan talete eta 3 kareta teh aya barang naon wae...
Buta: Wey itu dina kareta aya naon wae?
Cepot: eta teh Sembako, obat-obatan, jeung rupi-rupi daharan keur pandawa ti nagara wirata nu rek besuk...
Dawala: eta teh keur besuk sun, da kuring mah kur nganteur wungkul, da itu anu boga vokal namah...
Buta: (nyanyi) nah,, enggeus panggih,,, enggeus panggih,,, enggeus panggih,,, jeung nu rek besuk,,, enggeus panggih,,, nu rek besuk,, werrr,,, werrrrr... ha,, ha,,,
Dawala: tah eta teh lagu kebangsa'anna, lain kawas nu atoh nya a, panggih jeung urang teh?
Cepot: heueh,,,, cing waspada euy,,,
Buta: ari maneh saha?
Cepot: ngaran kuring teh Tata..!
Buta: Tata naon? Aya panjangna keneh eta ngaran,
Cepot: Tata Titi,,,
Buta: oh Tata Titi,, ari nu tukang?
Dawala: ngaran Kuring mah, "Tindak Tanduk"...
Buta: Ti mana Tata Titi Tindak Tanduk teh?
Dawala: ti Duduga Peryoga,hehe...
Buta: aya dunungan maneh?
Cepot: aya,,,
Buta: cik haokan ka dieu..
Cepot: agan,,, kadieu,,
Werat Sangka: Naon pot...

Datanera tangademam,,, Datanera tangademam,,, ewuh pagulingan rana,, hee,,, aaaeeeee...

Buta: Waduh, ieu mah meuni ginding, sarareungit, kasep, teu kawas si Tata titi Tindak tanduk,,, bau ketos, make jeung di iket, solendang sarung ka leuweng da tey pantes, mun rek nyalung pantes...
Cepot: kmh aing weh blog...
Buta: ngaranna saha?
Werat Sangka: Kaula Werat Sangka ti nagara Wirata...
Buta: kabeneran euy Werat Sangka,,, pasrah keun eta 3 kareta syukur heunteu di pasrah keun dina harti paragat nyawa.
Werat Sangka: maksud na naon?
Buta: wah,, pokokna pasrah keun buru siah... ku aink di beja keun ka dunungan aink... gusti,,, leres ieu teh nu bade besuk...
Raja Denawa: Ha,,, ha,,,ha,, aet,, Wong Bagus... wayahna pasrah keun eta 3 kareta...
Werat Sangka: moal bisa,, eta hak pandawa...
Raja Denawa: wani maneh ka kaula? Naha tega lara, tega pati?
Werat Sangka: tega,,,
Raja Denawa: wayoh,,, wayahna beja'an balad-balad...
Buta: siap gusti,,, keun itu nu di iket mah jeung abdi gelutna, rek di bawa gelut dina leutak..
Werat Sangka: Beja'an pot kakang Setha, aya hadangan kituh...
Cepot: mangga,,, wios anu breuwes nu di tukang mah jeung abdi gelutna, rek di ajak gelut dina Cubluk,,, di Spiteng...
Buta: kmh goblog da spiteng mah leutik,,,
Cepot: maneh heula asup tiheula dagoan uwing sakeudeung,,, uwing rek ki'ih heula...
Buta: sarua weh jeung nitah ngahakan waduk ka aink,,,
Cepot: nya atuh abdi bade ngawartosan, juragan Setha,,,
Upami kasered ku itu buta sambat weh abdi gan...
Werat Sangka: kmh nyambatna?
Cepot: Uinkk W Lah ,Uinkk W Lah , Uinkk W Lah ... eta anu sok getol promo keun ieu Fp... nuhun ah kang...
Dawala: ati-ati agan ah,,,
Werat Sangka: yah doa'na wae dawala...
Raja Denawa: sok geura singkil...
Werat Sangka: maju...

Raden Arya Setha, Raden Werat Sangka sareng para Pasukkan di kepung di tingker ku para Denawa anu sakitu seuerna, da puguh di ieu leuweng teh kandangna Para denawa,,, Lami-lami Para Pasukkan Raden Arya setha ka sered, dugi budal ka tawuran sapertos pindang meunang maluluh...
Raden Arya Setha & Raden Werat Sangka ka tewak ku para Denawa lajeng di tali'an dina Tangkal sangkan Raden Werat Sangka sareng Raden Arya Setha teu tiasa nanaon, atuh 3 kareta teh kengeng ku para denawa, anu akhirna para denawa pesta hasil ngabegal teh.
Dupi Cepot sareng dawala mabur lulumpatan jalan walungan bade laporan ka Raden Gatotkaca sareng Semar Badranaya...

Tunda Lampah eta ka carios Raden Gatotkaca Lugay dina tapana, ngahaturannan linggih Semar Badranaya,,,
Gatotkaca: uwa,,, uwa,,, kadieu...
Semar: saha,, geuning juragan lugay tina tapana...
Gatotkaca: kadieu wa aya hal-hal anu bade di harewos keun...

Raden Gatotkaca Halumampah Ngeplek Soder Merak Ngibing Sosoderan Tindak Gending Nganepun Macan-macanan Aladria...

Sinden: "Sinjang kirut sajati ning wayang menjat,,, menjat,,, halumampah "sinjang kirut"...
gandruuung... Gatotkaca pringgandani putrana Dewi Arimbi.. yu batur urang ngahiji ngabela'an lemah cai" (poho deui kadituna,hehe)...

Gatotkaca: wa kadieu wa...
semar: aeuhhhh,,, ya anak aya anak... tos aya hasilna nun tatapa teh?
Gatotkaca: Calik heula wa, aya hal-hal nu baris di padung deng keun...
Semar: mangga,, mangga...
(Kliningan heula baraya, ki dalang Ngeunyot Kopi susu heula)

Ku nira hangandika...
Gatotkaca: wa, wa kadieu wa Semar Badranaya....
Semar: aduh aya anak nun, ambuing, rupina parantos aya ilapat nun, hasil tatapa hasil puasa nyaeta milarian jalan kaluarna supados tuang rama nu aya di hukuman sangkan salamet teu aya gangguan itu sinareng ieu... kumaha hasilna nun?
Gatotkaca: dina sajeroning tatapana teu dahar nginum, meredih tina asihna gusti menta murahna tinu maha kawasa mundut ridho nu kagungan sabab yakin begal-begal teh lain ngandung harti ngabegal tapi yakin aya parentah ti nagara Astina...
Sedeng keun bau-bau politik kieu teh ka ambeu ku kaula... mun rek ngalaku keun tindakkan dina harti ieu Pandawa di tambihan hukumanna Malah Amarta moal di bikeun deui ka Pandawa lamun putra-putra pandawa ngayakeun tindakkan wa, ieu teh mancing maung di jero guha supaya kaula ngayakeun tindakkan, di mana kaula ngaya keun tindakkan dina harti Amarta moal di bikeun deui..
Tulungan wa, Ceuk dina Ilapat kaula teh ngadenge sora teuing ti hareup teuing ti tukang...
Pajar keun teh tanya keun weh anu osok babarengan jeung anjeun nu keur nungguan anjeun sabab eta lain jelema Samanea, eta jelema teh keur Nyumput buni dinu caang negrak bari teu ka tembong...
Cicing dina pasir kamiskinan aya dina Sagara ka Sangsara'an padahal mah eta teh jelema pang beungharna, pangsenangna cenah eta jelema teh geus muka safah..
Tah ieu wa kaula jadi catetan dina ati, ari muka safah teh naon?
Semar: ke,, ke,, ka saha eta teh di tujukeunna?
Gatotkaca: Ka uwa, saha deui batur kaula didieu lintang ti sampean... pikir ku uwa, tong sok api-api wa,, anjeun teh batok bulu eusi madu..
Semar: ha,, ha,, nya rupina kitu carana, rupina parantos waktosna da geuning urang di mana melak sampeu di pelak keun ayeuna di cabut ayeuna moal beutian, hartina kedah nunggu waktu, nya rupina parantos kieu mah parantos waktosna mangga teh teuing...
Syarat pandawa kitu putra-putra pandawa teu kenging ngaya keun tindakkan, tah didieu urang teh kedah mikir kudu kumaha jalan kaluarna, mun teu mikir hawa nafsu nu marengan...
Gatotkaca: da mun nutur keun hawa nafsu mah poe ayeuna oge nagara Astina bakal Ancur ku kakuatan Panca Braja, Ancur puseur dayeuh Kota Astina..
semar: tah eta teh nafsu,, ari nafsu teh nu matak kaduhung, badan anu ka tempuhan...
Gatotkaca: kedah kumaha atuh wa,,,
Semar: jadi ayeuna kedah make kedok nyumput buni dinu caang negrak bari teu ka tembong...
Gatotkaca: nyumput buni dinu caang negrak bari teu ka tembong... kumaha wa?
Semar: kedah gentos wujud... ulah ningali keun salira gatotkaca tapi kedah nyamuni...
Gatotkaca: kumaha wa?
Semar: kedah gentos Dzat sifat asma,, dzat wujud, sifat rupa, asma ngaran...
Gatotkaca: carana nyangga keun weh ka uwa...
Semar: mangga tapi syaratna kedah bersih manah, mulih deui ka kosongan jiwa, bersih hate pang bagja-bagja na jalma hirup di alam dunya nu geus parantos bisa ngabersih keun hatena....
Gatotkaca: geuning aki-aki teh pinter dina sagala rupana, nyangga keun ka uwa nu parantos legok tapak genteng kadek,, ngiringan wa..
semar: mangga, peureum keun soca,meredih ka asihna gusti menta ka murahna nu maha kawasa..
Ka para robbunna, ka para malaikat, ghaib-ghaib rijarul gahib, para rossulna yakin malaikat bakal ngabesat sakilat ngadugikeun rupi pamerdih urang, ukuranna...
sapoe ukuran ghaib ngabelesatna deudeuheusna ka pangeran, 5000 taun ukuran jelema, urang cindek keun hartosna sakeudet netra nyaeta Tung Teng, tung ka ditu teng balik deui kadieu.. jelas..
Gatotkaca: mangga ngiringan wae wa..
Semar: sok kosong keun jiwa eta gelombang sami keun,,, sami keun frekuensina...

"Lajeng Semar Nyaur keun Rupi-rupi tarekah sareng ngawatek elmu panemu jampe pamake, Saciduhing metu sakecaping nyata weruh sadrung winara anu akhirna Raden Gatotkaca gentos wujud janten jajaka anu kasep ngarempereng koneng"

Nurcahya Sesekar Ningwang,,, Nurcahya Sesekar Ningwang,,,
Cahaya gilang gumilang,, eeeeeeaaaeee...

Semar: agan,,
Gatotkaca: ee,,ee,,, uwa naha hararampang kieu ieu awak kaula, ieu sora jadi leutik...
Semar: kedah kitu nun,,,
Gatotkaca: tah ayeuna wujud parantos gentos,,, tinggal ngaran wa... saha kinten-kintena pingara neun kaula wa,,,
Semar: ninggal dina dedegan kieu mah pantesna tina Bambang...
Gatotkaca: Bambang? Naon wa,,,
Semar: Bambang Yudha Angkasa..
Gatotkaca: Bambang Yudha Angkasa..!

Bersambung

Sabtu, 23 Februari 2013

★Bambang Yudha Angkasa★

Bagean 1
Cover: Prabu Yudistira

Méndra Méndra Winulan Sastra Tinuara Panjangé Ngawuwuh Sinénggihing Kanda Purwantara,,,
Purwa hartose pun wiwitan,,,
Tara hartosé pun kératon,,,
Kraton ing kanggo jéujer cinarita botén wéntén malih kajabi ti salebeting Nagara Wirata, nagara sampun kaceluk kakandang ngewu kaloka kajampaningpria kakoncara mancanagara, Nagara subur makmur gemah ripah loh jinawi aman sentosa lan kerta laharja...
Sepi paling tonggong nu di gawe simpe hate, kaum buruh hanteu ripuh karyawan sami sarenang para tani sugih mukti, ingon-ingon kebo sapi domba hayam mulang ka kandang sewang-sewang...
Watek wantos ingkang nalendra dudutelu duduloro, anging sawiji-wijina ajejeluk Prabu Matsuapati raja anu parantos ka sipuh ku pangaweruh, binekas tur wijaksana mawe raksukkan karaja'an di taretes ku inten rinukmi muburia kunang-kunang ,,,
Wontening binaturahing dedampar denta piting soso sari trenggana waretna, limit babut prangwi ginanda jimat kastori lan sinebaran sari-sari...
Remagan dua putra kakasih Raden Arya Setha Satria Cemara tunggal kalayan Raden Urat Sangka...
Sami tungkul Hamerud jrah ajrih ningali pamor sangNalendra, Watek wantos sang nalendra duduwong samanea, Manusa terasing madu trahing kusumah titising andana wirih wireh dewa ka manusa'an, saciduhing metu sakecaping nyata weruh sadrung winara, tutas didikan rohani lan jasmani, Para ratu mikayungyun, para menak mikaserab, kolot ngeso budak ngera deungeun- deungeun mika deudeuh...
Tutas tina ka timbulan ka gagahan ka saktian lan kamandra guna'an...
Anu di pikasepuh ku sadayana raja-raja pada ajrih ku pinuhna Wibawa sareng Komara Sang Nalendra...

Prabu Matsuapati Nyaur keun Rupi-rupi papatah sareng patuah ngeuna'an hirup di alam dunya ka Raden Arya Setha sareng Raden Urat Sangka...
Lajeng Prabu Matsuapati Masihan tugas ka dua putrana, nyaeta tugas pikeun Ngintun sembako, anggean, obat-obatan sareng rupi-rupi tuangeun dugi ka 3 Kareta kanggo Pandawa anu sasatna nuju nampi hukuman di leuweng Kamiaka, hukuman pikeun nebus nagara Amarta anu di borah keun maen Dadu, Di hukum di leuweng salila 12 taun lilana, hukuman anu ka 13 taunna teh kedah Nyamur (Nyamur nyaeta Nyamar) sareng Syarat hukuman teh, Putra-putra Pandawa Teu kenging Ngintun sembako, anggean, obat-obatan sareng rupi-rupi tuangeun, teu kenging ngalongok, teu kenging ngaganggu Ka nagara Astina, teu kenging ngarogahala Para Kurawa sareng sajabina upamina syarat eta di langgar Pandawa Kedah ti awal deui ngalakonan eta hukuman teh...
Ari nagara sejen mah tiasa besuk sareng ngintun sembako,
Tah pandawa ayeuna nembe 7 taun cicing di leuweng Kamiaka, satiap aya anu besuk sareng ngintun sembako, anggean, obat-obatan sareng rupi-rupi tuangeun teh di Begal ku Begal-begal janten teu dugi ka Pandawa, sangkan Pandawa paeh kalaparan, ari eta begal- begal teh bayaran ti Nagara Astina politik Sangkuni...

Lajeng Halumampah Raden Arya Setha Sareng Raden Urat Sangka ngajug-jug leuweng Kamiaka nanging di piwarang nyampeur keluarga Semar di perbatesan anu sasatna nuju ngecrek ngeblur melak tandur, upami panen sok rerencepan di kintun keun ka Pandawa...

Banglus lampah hepun ieu Arya setha sareng Urat Sangka ngiring keun Waladia Balad tamtama nyandak 3 kareta kanggo besuk ka Pandawa anu aya di leuweng Kamiaka anu nuju nampi Hukuman ti Kurawa.
Kaleresan Astrajingga Dawala nuju ngecrek ngeblur Melak tandur, di sampeur ku Arya Setha atuh bingah taya papadana Astrajingga Dawala, Margi Semar dina leresan dieu nuju ngajagi Raden Gatotkaca anu Tatapa ku kituna Astrajingga Dawala ngiring Arya Setha Sareng Urat sangka pikeun pituduh jalan ngajug-jug ka alas Kamiaka.
Para Kurawa ngahukuman Pandawa lain ngan ukur sakitu tapi neangan rupa-rupa cara pikeun Maehan pandawa ku jalan anu lemes, Sakur anu besuk teu aya anu dugi margi parantos miwarang begal-begal kitu ka aya'anna...
Malah leuweng Kamiaka teh parantos di tingker di pageur betis, satiap 10 meter aya post-post pikeun ngajaga bilih aya anu besuk ka tengah-tengah leuweng sok di begal di tempat.
Merbayaksa dina cadas anu ngampar ieu begal-begal di saksian ku saurang-urang kurawa tiap-tiap postna,nyaeta Citrak sacitrak, dumaruk sapartomarmo birupaksa daruk citrayuda ,citrasik, citrasoma, boma wikata, wikata jaya, jaya wikata sareng sajabina. Di tingker ku eta kurawa bari aya bantuan ti nagara Setragandamayi atuh ieu raja Begal Pangawakan Jangkung geude simbar dada bewos simros taya papadana nyaur waladia balad pikeun ngatur ieu tempat supaya ulah kabongohan ku nu besuk ka alas Kamiaka, Halumampah Tindak geundinga nipun Bendrong Aladria...
Raja Buta: Hey dulur-dulur,,, kumpul-kumpul...
Buta: alah aink ngeunah euy, ieu proyek teh, di gajih ti astina ongkoh jeung meunang kadaharan-kadaharan hasil ngabegal...
Buta 2: bagja nya, ayeuna bisa kabeuli rak piring...
buta: bejana maneh sok ngadongeng?
Buta 2: heueh,,,
Buta: sok atuh ngadongeng...
Buta 2: Kacarita keun si udin teh boga kuda jalu, tuluy si udin jalan-jalan jeung eta kuda bari di tumpakan kudana, ari tengah2 jalan eta kuda ngadadak euren ngagoler teuing ku naon maksudna, padahal teu modol atawa dahar, geus di pecut mah bujurna teh sangkan hudang maju deui,,, otomatis nu ngaliwat teh kahalangan ku eta kuda.
Tuluy aya awewe randa turun tina mobil sabab kesel geus lila nungguan, prak ngomng "mang ku abdi weh cenah hudang kuda teh ambeh lumpat"...
mangga,,, mangga ceuk udin,,,
Eta awewe ngusapan kuda, kuda jol nangtung berr lumpat tarik pisan,,,
Udin nepi gogodeg, ari di pecutan teu lumpat ari di usapan ku awewe lumpat,,, udin nanya "neng kumaha resepna sangkan eta kuda lumpat tarik kitu?"
awewe: gampil mang, kantun usapan wae pingpingna, tiup beuheungna anu terakhir Manuk eta kuda di pencet 7 kali...
Udin: ahh upami kitu mah neng sakantenan weh manuk aa usapan pencet supaya aa tiasa lumpat merik itu kuda,hehe,,, ##@##@@..
buta: ha ha ha...
Buta Budeg: jihad aink,, sabab pandawa mah beda aliran jeung aink,,, Jihad aink,,,
Buta: maneh ngomng jeung saha?
Buta Budeg: haha,, mun geus panen mah di bere...
Buta: hoor,,,
Buta Budeg: Aink mah unggal meulu tv euweh sora'an, meuli radio sarua euweh sora'an,, naha jelema geus teu nyara'ah heun ka aink...
Buta: sia nu budeg,,,
Raja buta: enggeus2,,, wayahna sarerea euy tingkat keun kawas pada'an kapermana tinggalan bisi aya anu nyalusup ulah lengah urg sarerea,,, urang mager betis weh jarak 10 meter sa urg, pokokna mah sakur anu besuk mawa gembolan ulah asa2 begal, make kedok begal, ngeunah pan gajih ongkoh ngabegal ongkoh,
Buta: nya gusti...
Raja begal: Sok laksana keun...
Buta: siap gusti pamit,,,
Buta 2: pamit...
Buta budeg: hoor jol arindit teu ngomng2 acan,,, ongkoh kumpul tapi indit deui...
Raja begal: ahh aink mah kaduhung mamawa si budeg... (bari ngaleos)

Ka aya'an alas kamiaka di tingker ku begal-begal atuh Arya Setha sareng Urat sangka ka iring waladia balad tamtama Ti Nagara Wirata nuju ngareureuh keun kacape...
Arya setha: cepot,,,
Cepot; abdi gan,,,
Arya setha: dawala...
Dawala: abdi,,,
Arya setha: Urang reureh heula...
Cepot: ahh alhamdullilah jang,,, urang saeutik deui nepi euy...

Bersambung

Minggu, 17 Februari 2013

★Lamaran Kerja Cepot★


Hal: Lamaran Kerja

Kepada Yth,
Bapak Manajer Tahu Sumedang Anu ku Simkuring Di Pihormat.


Salam Sayang
Kahatur Bapak Manajer, abdi ngintun keun ieu surat lamaran margi Ninggal Tinu koran basa kamari jeung si dawala, si dawala oge sami ngintun keun lamaran kadieu, tos dugi can pak? Panuhun pak abdi mah ngawartosan, si dawala mah jalmina baong sok ngalawan ka bapak jeung ka ema, kedul pisan, ceulina ngucur, sok puak paok, tah ieu pacebokna wWw FaceBook.Com/dawalateanuk★sep. Tong di tarima pak si dawala mah, abdi weh tarima mah nya pak da bageur bapak mah kasep ongkoh.
tah ieu biodata abdi.

Nama Lengkap: Cepot Astrajingga
Ttl : Tumaritis 17 agustus 1989
Alamat: Kpng Tumaritis Desa kenagorowong.
Nagara: Amarta
Status: Belum Menikah, "sanes abdi teu payu ka wanoja pak, ngan abdi mah milih-milih, komo ka pungkur mah abdi teh playboy pak, Aya wanoja nu di pikanya'ah ku abdi nyaeta Nyi Isoh budakna mang urip, Abdi teh teu di satujuan margi masih nganggur, jadi upami abdi jadi karyawan bapak pasti abdi di tarima pak"..
No.Hp: Punten pak hp abdi'na Rusak ka seuseh ku ema basa sabulan ka pungkur,ke oge mun tos damel di perusaha'an bapak abdi bakal meser hp nu layar tiup, atuh da bosen layar sentuh teh,. tah ieu no hp mang Awing 089123456789,
telepon nya pak, upami teu di angkat berarti mang awing nuju ngurek ka sawah, da pangaresepna pak.
Ageung pisan harepan abdi mugia tiasa gabung di perusahaan bapak,


Wassalam Astrajingga Cepot.

Cepot, Dawala ,Gareng...Nuju Istirahat

Cepot jeung dwaala anyar boga hp

Cepot jeung dwaala anyar boga hp...


Dawala: a keur naon tatadi ngajentul nyeukelan pager...
Cepot: ieu dewk teh rek meuli pulsa tapi meuni euweh wae...
Dawala: naha kumaha kitu, nelpon weh ka operatorna langsung...
Cepot: heueh ieu oge langsung nelepon operatorna, di titap mencet pager... Dwek geus 2 jam leuwih mencetan pager imah nepi bareuh kieu ieu jempol angger weh euweh jawaban, dasar di tipu euy dwek...
Dawala: mending atuh eta mah,...
Cepot: naha maneh kumaha?
Dawala: kuring mah di titah mencet bintang geura,,, ahhh ka tipu...

Cepot Ngomong Keun Bapak

Cepot:
Bapak dwek mah ngan ngocoblak weh, ceuk sinden mah "Ulah pinter nyarita ambeh aya karasana'...
Kudu jeung prakna sagala rupa oge.
Montok manehna, budayut manehna, da batur mah bararegung... Eta teh tandana mencari kesenangan di atas penderitaan orang lain...

Ngaran-ngaran anak teh anugrah ti pangeran,nya?
Da bpk jeung ema kikituan teu ngahaja nyieun dewek, dwek teu niat ka dunya, ngan meureun ieu teh pihape ti pangeran anak teh nu bisa ngajait nasib bpk ti jero naraka. Ieu anak teu di jurung keun ngaji, teu di jurung keun masantren, heunteu di jurung keun kana bag bag'an agama, kana solat, yakin bakal ngagebrus keun ka kolot ka naraka jahanam.

Ayeuna dwek bujeng2 di sakola keun, secara teu langsung dwek teh amanah apan, tuh nya?
Nyarita weh bpk dwek mapatahan batur, kudu kitu, kudu kieu, ari barang bere tara geura bpk dwek mah..!

Hiji mangsa bpk dwek keur dakwah, ari dina jero dakwah teh bpk dwek nyarita kieu geura pek pikir, ceuk bpk dwek basa nyundatan si buncir. Apan pangaosan nateh nanggap bpk dwek.
Kadenge ku dwek, ceuk bpk dina dakwah "Lamun aya harta banda di pika hayang ku batur geuwat bikeun eta teh ibadah sarua"...

Tah isuk2 hayam jago nu bpk, nu di pikanya'ah pisan ku bpk, aya ngaliwat tukang sayur harita teh,
"duh meuni sae cep eta hayam teh, upami akang gaduh eta hayam bagja"
Ari ceuk dwek teh, "naha akg palay eta hayam?"
Hoyong, ceuk tkng sayur teh...

Ku dwek teh buka kurungna, tewak ,bikeun weh...
Da inget waktu bpk dakwah, sakur nu di pikahayang ku batur bikeun eta teh sarua ibadah, nya di bikeun ku dwek teh...

Na da eta mah bpk dwek nyarekan lak lak dasar,

Semar: ari hayam aink mana nu di pika nyaah teh?
Cepot: apan di bikeun ka batur ku uink,
Semar: hoor,,, nanaonan sia teh, apan eta hayam teh di pikanya'ah pisan ku aink...
Cepot: apan saur bpk wktu dakwah sakur nu di pikahayang ku batur bikeun eta teh sarua ibadah, nya di bikeun ku abdi teh...
Semar: si belegug, si kurung batok, si teu mikir,
kitu soteh batur ka urang belegug,,,
Urang ka batur mah Entong..!

Nya asa ku kabina2 bpk dwk...

Minggu, 10 Februari 2013

Raksukan Gatotkaca

Susumping Emas Rineka
Gelung Cupit Uncal Kancana
Raksukan Kre Antakusumah
Kancing Garuda Mungkur
Sinjang Wasunona
Tarumpah Craman

Naon hartos filosofisna? Mangga urang
guar sasarengan.

1. Susumping Emas Rineka...
Ari susumping teh Paesan (Perhiasan)
sapasang nu di pake dinu ceuli.
Emas Rineka hartina Emas nu di reka-reka.
Jadi harti lega maksudna, Susumping asal
tinu kecap Sumping atawa Datang,
ngandung harti Dedengean, sagala rupa nu
kadenge ku ceuli kudu di saring, direka tur
di pikir ngarah hasilna jiga emas, hurung
gumilang cahya.
Papaes eta ceuli ku rupa2 dedengean anu
hade, sok sanajan ngadenge kagorengan
saring atawa reka ku akal jeung pikir
ngarah salamet, teu getas harupateun
ngagugu kanu omongan (beja) nu can
tangtu bener.
Matak GATOT KACA mah tara babari ka
pangaruhan sok sanajan dibibita ku rupa2
pangolo nu bakal ngajurumuskeun.

2. Gelung Cupit Uncal Kancana...
Harti asal, bu'uk nu di gulung tur di
beungkeut/di capit (Cupit) nyengklik
kaluhur lir tanduk Kidang Emas (Uncal
Kancana)
Harti lega, gulung eta rupa2 pamikir tur
beungkeut ku elmu nu rasional ngarah
ngawujud rupa2 kamotekaran nu hade sing
Rangakgak jiga Tanduk Uncal salian ti
endah oge bisa jadi sanjata.
Lain ngan saukur KAGAGAHAN fisik wungkul
tapi papaes ku akal nu pinuh ku elmu anu
mangpa'at.

3. Raksukan Kre Antakusumah...
Harti asal, Baju model Kutang/Rompi (Kre)
nu gambaran Bintang Juru Dalapan (Anta)
nu hurung gumilang cahya (Kusumah)
Harti lega, Pamadegan kudu masagi
(Ngotak atawa Nguteuk) jiga Rompi (Teu
Leungeunan) ngarancabang tur rayungan
jeung sing bisa hurung nangtung sok
sanajan cicing tur ngancik di 8 pangjuru
dunya nu mana wae Kaler, Kidul, Kulon,
Wetan, Kulon ngaler (Barat laut), Kulon
ngidul (Barat daya), Wetan ngaler (Timur
laut) jeung Wetan ngidul (Tenggara)

4. Sinjang Wasunona...
Harti asal, Samping nu pola na angger
atawa nyusun/nitis (Wasunona)
Harti lega, hirup kudu TETEP dinu ciri asal,
ulah ka bawa ku sakaba-kaba atawa tetep
mibanda JATI DIRI sok sanajan hirup
kumbuh di lingkungan nu pagaliwota, urang
Sunda nya tetep kudu mibanda jeung
nanjeurkeun Kasundaan na, sing saperti
Wasunona (Tetep) hujan teu ka baseuhan,
panas teu ka duruk

5. Kancing Garuda Mungkur...
Harti asal, Pamageuh (Kancing) nu Satia,
Kuat (Garuda) sok sanajan ti Tukang
(Mungkur)
Harti lega, Hirup kudu jujur bisa dipercaya,
tetep pengkuh, pageuh, luyu tur payus
(Ngancing) tapi tetep Kuat, Daria jeung
Satia (Garuda) nyepeng amanat sok sanajan
di satukangeun (Mungkur)
Hade di hareupeun, Hade di satukangeun.

6. Tarumpah Crama...
Harti asal, Tarumpah, Alas atawa Dampalan
(Sendal) nu Luhung, Ngapung atawa Luhur
(Crama)
Harti lega, ari Tarumpah atawa Sendal sok
sanajan sapasang tapi teu bisa pahili, kenca
ka kenca, katuhu ka katuhu moal bisa di
pake papalingpang sabab pasti labuh, moal
bisa leumpang, hartina hirup kudu Luhung
(Crama) mun narima katerangan atawa
pasoalan kudu adil, nu bener ulah di
salahkeun, nu salah ulah di benerkeun sing
tetep PANCEG NGADEG (Tarumpah) teu
gedag ka anginan sok sanajan hirup geus
luhur, beunghar jeung boga kadudukan/
jabatan (Ngapung) tapi tetep adil jeung
ngajen ka sasama (Crama).


Sumber :  http://www.facebook.com/photo.php?fbid=413054788753658&set=a.268729466519525.64833.266464696746002&type=3&theater

★Babad Alas Amer★ Part 2

                                                         Pamungkas Carita Part 2
Panyar talelo mawar,,,, Panyar talelo mawar,,,, Panyar talelo mawar ingkang nafsu ka gila-gila,,, ya ka gila-gila ,,, wis kena dihin pinasti kersahyang widi...

Mintarsah: ahhh cuah bangsat,,,,
Hutang pati di bayar pati, hutang wirang di bayar wirang... ahh di acak ku kaula,,, hayoh kepung wakul buaya mangap pasukan...

Arjuna, Cepot jeung dawala di kepung wakul buaya mangap ku para pasukan Mintarsah,,, Tapi ku ka saktian Arjuna dina mentang keun panah jeung takisna gelut Cepot dawala para pasukan Mintarsah dugi ka budal ka tawuran, aya anu ngetan kidul kaler ngalalacir kitu ka aya'anna...

Arjuna: Bongan anjeun rek ngala nyawa kaula, lanceuk jeung pawongan kaula, kaula boga hak bela diri... meureun lanceuk kaula can mulang deui teh di rogahala ku jurig jin di ieu leuweng, rasa keun mintarsah ieu panah...

Lajeng arjuna Mentang keun panahna di tuju keun di lelempeng ka Mintarsah, atuh Penasti kersahyang demam para, ieu panah keuna ka mintarsah dugi ka leungit tanpa lebih ilang tanpa krana...

Mintarsah: arjuna.... *seppp
Ahhhhhh...
Arjuna: ehm abong jurig langsung susulumputan,,

Lajeng arjuna ngadangu aya sora tanpa ka tinggalan...

"Arjuna Kaula bakal ngancik di hiji wanojo pi jodo eun anjeun dina mangsana urang bakal panggih deui, rasa bojo anjeun rasa kaula"
(Mintarsah bakal ngancik ka Dewi Sri Kandi Ti Nagara Cempala Reja)

Arjuna: nya teu nanaon, ayeuna mah pangnuduh keun jalan di mana ayana lanceuk kaula ayeuna...

"Palebah wetan didinya aya kurungan tina bahan baja perak jeung sajabana tah didinya lanceuk anjeun ayana"

Arjuna: ehm paingan, kang kakang bima antos kaula kang, kakang semar hayu tutur keun kaula...

Teu ka catur lami di jalanna, Arjuna di sarengan ku Semar sapalaputra parantos mendak calongcong anu ngarungkup bima...

Arjuna: ehm ieu geuning kang,,,
Semar: uluh,,,
Cepot: alah bangunan naon nya ieu di tincak teh leueur pak,,,
Semar: ke lanan jang diuk heula...
Dawala: gusti,,, bangunan naon gan ieu,,,
Arjuna: ke dawala...

(Kliningan heula baraya ti juru kawih teh Masyuning, ki dalang ngopi heula,,hehe)

Arjuna ningali calong cong beusi baja kaget taya papadana...

Arjuna: Kang kakang semar ieu naon kang,,,
Semar: ih duka nun...
Cepot: naon nya (bari di ketrok kan)
*treng,,trengg, trengg...
Wah agan ieu mah kawas tina beusi...
Arjuna; kakang semar tadi kaula kenging gandam ramo, cenah kakang bima teh di rungkup ku ieu calongcong...

(Ka parengan bima eling sakedapan)
Bima: ndettt,, tulung ndet,,, ndet tulung ndet,,,
Arjuna: ahh, kang kakang bima,, ieu kaula rayi di luar kang...
Semar: uluh ayanak..
Bima: ndettt,, tulung ndet,,, ndet tulung ndet,,,
Arjuna: kang kakang godeg , ieu kaula rayi arjuna kang...
Bima: ndettt,, tulung ndet,,, ndet tulung ndet,,,
Arjuna: kakang semar tulungan kang lanceuk kaula, jigana keur teu eling...
Semar: ambuing...
Cepot: gandeng,,, (bari nyuntrung keun)
Semar: blog siah nyuntrung,
Cepot: gandeng ari bpk kawas nu di perkosa wae...

Semar nyaketan ieu calongcong lajeng ngawatek rupi-rupi tarekah sareng amitan ka mahluk di ieu leuweng...

Semar: Sampurasun Ghaib-ghaib moal rek jail maol rek ganggu ka niyaya kuring mah dek nyokot hak kuring dunungan kuring...
Meredih kana asih na gusti menta kana murahna nu kawasa.
Kulit Waru angan daru sinenggul...
Sangkarna dewa parusa sangkala enta sangkala enti sangkala menta kala menti gara sangkala ruatan pangruatan dasamala jumeneng waringin sungsang angancik sari ning gampang,,
gampang sa niat-niate, gampang sapolah-polahe, gampang sakarep-kareppe bae, tulak sari sapudenda ing Batara...
Gedong ruket tali rasa pangadeg pangancing rasa barabay Kembang Kastori...
Waras tumakaning jati, jati tumakaning waras waluya,,,
*Syuuuutttttt....

Bima Jangirat tangi, Racun-racun leungit di ieu calongcong...
Bima: wehhhh,,, aink geningan aya di handap calongcong,,,
Arjuna: kang kakang bima,,,
Bima: Ndettt,,,
Arjuna: kang ieu rayi arjuna,,,
Bima: ndettt jeung saha ka dieu,,,
Arjuna: sareng kakang semar astrajingga dawala...
Cepot: agan,,, aggggaaannn,, agggggannnn... (ngagorowk deuket ceuli semar)
Semar: Goblog siah,,, gogorowokan teh,,, sok sakali deui...
Cepot; AAAGGGGGAAAAANNNNN...
Semar: ehhh kunyuk siah (bari neke cepot)
Dawala: nya heueh atuh si eta di titah,,,, hehe...
Bima: hilik ndet ieu calongcong ku aink awut-awut,,, nyingkah rada jauh...
Arjuna: Mangga,,, nuhun kakang semar,,, hayu jauhan cenah...
Semar; mangga,,, mangga,, hayu jang jauhan deuleu...
Dawala: hayu cicing wae atuh (bari di kelek si cepot)
Cepot: alah,, siah,,, monyong...

Lajeng bima emut kana PurwaDaksina...
Purwa Marang wiwitan, Daksina wekasan, emut yen anjeunna teh ka titipan basa ku Bandung Bandawasa...

Bima: Bandung Bandawasa Tulung..!;Weeettttt...
(Ieu calong cong beusi baja dugi ka amurasut di tabrak ku bima)
*DAAARRKKKK...

Arjuna: kakang bima salamet kang,,
Bima: nuhun ndettt,, ndet ieu teh geuningan nagara,,, aink keur ngababad alas amer di bongohan di rungkup ku eta calongcong nepi ka aink leuleus weureu... teu eling di bumi alam,,,
Arjuna: sae namah atos kang urang mulang wae,,, sabab numbut keun beja ceuk anu beunang di percaya, ieu teh politik Sangkuni sangkan urang teh di dahar ku jurig-jurig di ieu leuweng...
Bima; moal bisa ndett,,, aink teu hayang Lanca linci luncat mulang udar tina tali gadang,,, aink teu sieun ku jurig-jurig di ieu leuweng tapi aink leuwing sieun jadi jelema anu sulaya tina carita, aink sieun coplok iman jeung ka taqwa'an,,, cing era ku cai, Cai anu nudug turun ti luhur gunung di bendung tapi cai kajeun keneh ca'ah leleberan ti batan pegat nya lampah.... daek heug tutur keun teu daek jig geura balik...

Sapu jagat anu nampi laporan yen, bima bisa ka luar tina eta calong cong lajeng Sapu jagat lumpat Bade nandasa bima...
Sapu jagat: heyyy,,,, kurang ajar siah...
Bima: ndet,, nyingkah ndettt,,, ieu jurig ku aink rek di lawan...
Arjuna: ati-ati kang cing waspada...
Sapu jagat: Sia,,,, anu ngaruksak nagara aink,,, hutang pati di bayar pati hutang wirang di bayar wirang,,,
Bima: coba maju...

Penasti kersahyang demam para...
Sapu jagat Ngarontok bima, bima nahan tapi bima ka sered ku tanaga Sapu jagat, Lajeng bima ngaleupas keun pananganna jeung rikat nyadia keun Kuku Pancanaka anu akhirna Sapu jagat ka rogok
tikorona ku tanagana sorangan...
Dugi ka leungit tanpa lebih ilang tanpa krana... lajeng bima ngadangu sora tanpa ka tinggalan ti sapu jagat...

Bima: wesss montong susulumputan..

"Bima,,, bima,,, ieu kaula Sapu jagat bakal Sabilulungan jeung anjeun bakal ngancik di diri anjeun, geuningan anjeun teh lain jalma Sarakah sanajan anjeun jangkung geude simbar dada tapi anjeun bisa nyumponan janji anjeun, tapi hikmahna kaula dek marengan anjeun geura Cicingan itu derah kaula anu ngaran Munggul Pawenang mihape Patih kaula anu ngaran Tambak Baka Tambak Genggem jieun patih ku anjeun di mana anjeun geus jadi kepala daerah di eta tempat.
Geura cokot sabenerna hak anjeun Nagara ieu teh pek geura cokot di Raja Kaula anu ngaran Kala Yudistira eta teh jalama anu ka titipan nyaeta saha bae jalma anu datang tur bersih hatena hartina budak angon, anu geus bisa ngangon dirina, anu bisa ngangon hawa nafsuna nepi ka yakin maneh jadi manusa nu di sebut mulya ngaguna keun akal budi pamikir rasa jeung prasa'an.
Ieu teh sabenerna Nagara geura prak geura tuluy keun ku anjeun karaja'an , entong make jeung hayang nagara Astina, tina ngaranna oge Astina hartina Assyaetona yakin bakal cicing dina lingkungan setan anjeun cicing di Astina...
Geura prak geura ngecrek ngebrul tandur geura mumule ieu Nagara Amarta anu Agraris pinuh ku tutuwuhan, pek lestari keun, pek manfaat keun geura calukan Rakyat-rakyat anu aya di astina anu sasatna sapamadegan geura mumule ieu nagara tepi keun ka Lanceuk anjeun ngaran tetep Yudistira, tuh diditu aya hiji daerah anu ngaran Madukara Sawo Jajar Bumi Rotau cicingan sadulur-dulur ku anjeun geura bawa masyarakat dina jalan ka imanan ka taqwa'an cing jadi jalma anu bener-bener jadi Sumerah kana kagungan abdi-abdi sadaya ieu pitempateun anjeun ngabdi ka gusti.
Sakitu bral geura bawa lanceuk anjeun jadi keun raja di ieu nagara entong ngungkit-ngungkit anu geus ka tukang anu penting ti ayeuna ka hareup, braaallll Wilujeng Bejuang Pandawa..!"

(Ngadak-ngadak sadayana kaget ningali ieu leuweng si horeng ieu teh Puseur Dayeuh anu sakitu ramena, Harurung harerang Emas picis inten jumanten yakin Pandawa hasil hese cape susah payah, hasil tina ka jujuran hasil tina ka arifan ka bijaksana'an temahna ngaboga'an nagara anu Merdeka tur Laluasa...)

Bima: Ndettt,, bagja geuning ndettt
↖(^▽^)↗...

Cepot: ari di tempuh ku jalan sabar mah teu weuleh ngawujud, nagara euy ieu teh bakal hindar tina papasea'an, Pandawa boga Amarta, kurawa pon kitu deui... nuhun ya alloh swt ya robhi...
Proses geuning jang sagala rupa oge ulah aral subaha da ngaranna oge hirup nya?
teu hasil ayeuna tuluy keun isuk, teu hasil isuk tuluy keun pageto, cenah eta teu hasil wae bae da wajar da biasa tapi anu lamun usaha terus eta ngaranna Luar biasa.
ieu lalampahan Babad Alas Amer di cekap keun dugi ka dieu, Sakali merdeka tetep Merdeka, sakali salamet tetep salamet di pungkas ku kembang tineutik sineubaran sari tutup lawang sigotaka..!

                                                     TAMAT 




Sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fbid=414031478655989&set=a.268729466519525.64833.266464696746002&type=3&theater

★Babad Alas Amer★ Part 1

    
Pamungkas Carita (Part 1)

Banglus lampah hepun bima anu teras-terasan ngababad nyaeta naratas jalan ngajugjugka leuweung amer alas utarungu parantos ngemplong pijalaneun...
Beja pa beja beja tina Sajeungkal jadi sadeupa margi ieu leuweng amer teh ka tinggal ku jalma mah hiji leuweng anu sanget padahal ieu teh Nagara kitu ka aya'anna ieu leuweng...

Ari anu ngawasa di ieu leuweng teh nyaeta hiji raja anu Kakasihna Kala Yudistira, Seuer baraya-barayana di masing-masing tempat, kengeng laporan di rakyat-rakyatna Siluman yen aya anu ngarusak Benteng-benteng Nagara nyaeta anu di anggap nateh Hayam Turundul, Atuh kukituna dina waktos ieu sasat saderek-saderekna Kala yudistira di Antarana Sapu Jagat Patih Nagara Tambak Genggeng tamabak Baka anu dina waktos ieu sasatna parantos nampi pancen ti Nalendra kalayan kagungan Calongcong Baja anu eta Calongcong teh di talianna tina bahan anu luar biasa nu teu aya di ieu alam kitu ka aya'anna Calongcong Baja anu biasa di pake Ngarungkup Jelema.

Ari Riwayat Bima waktos di lahir keun nyaeta heunteu ngagebrol orok tapi nyaeta masih keneh di jero ka Pongpong, Lima taun ayana bima di keueum dina ka pongpong bisa soteh ka luar kagadil ku hiji gajah anu ka sebat gajah Sena, Tah ieu ka pongpongna teh ka pungkur ka banting keun ku gajah Ragrag di ieu leuweng amer Kalayan di pake bahan ku ieu bangsa Siluman Silemin nyieun Calongcong di pake nalian Beusi Baja jeung sajabana kitu ka aya'anna.
Ieu Patih Tambak Genggeng kalayan Tambak Baka halumampah anu nampi pancen ngarungkup jelema anu ngarusak Benteng-benteng Nagara...
Patih tambak genggem kalayan patih daerah munggul pawenang nyaeta tambak baka anu dina waktos ayeuna naliti palebah jalma eta nu ngarusak ka aya'an nagara Amer anu kiwari nuju rieuweh masyarakat ngalalacir ngararungsi ku ayana cing darok-dokna tatangkalan...

Tambak gemgem: Ki adi kadieu-kadieu...
Tambak baka: ehmmm jelema meuni ngararuksak nya,,,
Tambak gemgem: Tah kitu, akang kungsi ngintip obrolan jalma yen ieu dunya teh ruksak ku polah-polahna jalma numut keun dina kitab jalma, geuningan nyata eta katerangan teh,,,
Tambak baka: nunawi kang,,,
Tambak gemgem: Kumaha geus di bagi-bagi tugas keur naliti eta mangkeluk?
Tambak baka: parantos, Senopati Mintarsah mah ka palih wetan ayeuna urang ka palih kulon...
Tambak gemgem: Heueh hayu,,, urang teangan buru-buru eta mangkeluk bisi ieu nagara ka buru ruksak..
Tambak baka: mangga...

Ka Carios Bima anu keur soson-soson nyaeta naratas jalan ngajugjug ka alas amer nyaeta parantos dugi ka perbatesan margi leuweng Utarungu parantos ka langkung, kalayan Sapu jagat anu dina danget ieu nampi laporan yen ka aya'an eta musuh si horeng aya di juru palih kaler anu dina danget ayeuna nuju cing darok-dok tatangkalan Surili, Monyet Oa, lutung lalumpatan ku ayana darokdokna tatangkalan...
"Belah dieu,,, gusti,,, belah dieu,,,"
Cing carorowokna Anu milarian.
Sapu jagat pimpinan daerah munggul pawenang Eces jentre mertela ngembang boled yen memang aya jalma anu keur ngaruksak tutuwuhan...

Sapu jagat: Kurang ajar siah,,, dasar jalma anu ngaruksak ieu leuweng jeung nagara kaula, rasa keun ieu Calong cong anu beuratna rebuan kati di jerona aya bahan anu ka seuseup matak leuleus lir kapuk ka ibunan lir kapas ka hujanan,,, weetttt... dahhhhhh... (calong cong di alung keun)

Bima anu nuju ngaleuyeukan taneuh nyaeta naratas jalan, Pasti teu bisa di pungkir kadar teu bisa di singlar papasten anu tumiba, Calongcong baja di alung keun ti awang-awang kalayan di lelempeng atuh ieu bima ka rungkup ku ieu Calongcong...

Bima: ehmmmm,, naon ieu meuni jadi poek,,, awak aing leu jadi leuleus,,, ndet,, tulung ndet,,, tulung ndet,,,

Ka aya'an bima bari leslesan teu emut di bumi alam sakapeung eling, ku ngambeuna racun kitu kaaya'anna basib bima gegerungan...
" ndettt,, tulung ndet,,, tulung ndet,,, "

Surak hambal-hambalanna para pasukan sareng sapu jagat anu margi ngalung keun calongcong tepat kana sasaran..
"Hoyah ,, Hoayah... siah modar,,, modar,,, kurang ajar"

Tunda lampah eta Urang teundeun di handeuleum sieum, urang tunda di hanjuang siang mangsa datang urang sampeur deui...
Ka Carios anu milarian nyaeta Arjuna kiwari ka leresan mendak tempat anu laliuh nya maksad ngareureuh keun ka cape...
Arjuna: kakang semar,, yap urang ngareureuh keun ka cape kang,,,
Semar: mangga,,, mangga,,, naha ka mana juragan bima meuni matak pimelangeun... jang Astrajingga dawala urang reureuh heula jang,,
Cepot: heueh meuni pimelangeun pisan eta budak meuni bedegong, Indungna mah meusmeus ceurik da melang kanu jadi anak bisi ku maha onam...
Denawa: Weeerrrrr....
Cepot: ahh ceuk aink oge naon di leuweng kieu mah sanget,,,
Dawala: aya naon a?
Cepot: sok geura denge keun ku maneh nyong...
Denawa: Weeerrrrr....
Dawala: Sora kolecer,,,
Arjuna: aya naon kang?
Semar: duka sen itu barudak,,,
Arjuna: aya naon pot,,,
Cepot: aya buta gan jeung balad-baladna..
Arjuna: ehm cing waspada pot,,,
semar: uluh ujang, kade jang,,,

Datang Senopati Mintarsah kairing balad-baladna,,,

Denawa: itu gusti jelema anu ngararuksak teh.
Mintarsah: ulah kaget manusa,,,
Ahhhh,,, aya jelema kasep-kasep teuing...
Cepot: pasti ka dewek,,,
Dawala: nya kakuring atuh,,,
Semar: ka dunungan...
Mintarsah: naha jelema dedeg sampe rupa hade patut teu nganjuk rupa teu menta tapi malah ngukut marga satwa...
Cepot: tah eta ka maneh nyong,,,
Dawala: heueh weh lah,,,
Cepot: ehm ngambek, nyong tu awewe rupa namah breuwes tapi awakna mah mulus...
Mintarsah; Saha satria? Bangsa naon salira,,
Arjuna: kaula bangsa manusa...
Denawa; tah ieu gusti, jelema nu ngaruksak nagara urang teh si tara solat (karek datang)...
Mintarsah: ka bina-bina manglebar keun,, naha tina benci jadi asih tina ngewa jadi cinta, nepi ka kawas seuneu ka guyur cai, meunang laporan yen aya anu ngaruksak nagara urang , kaula di hareup sang nalendra satadina geus janji kalayan ngancam ka jalma anu ngaruksak nagara tapi naha kaula teh dina waktu ayeuna asa ka pukul ku bayu, kacida bari jeung sugema kaula boga salaki kanu kieu,,,
Denawa: ahh da si eta mah teu kaop ningali lalaki..
Mintarsah: Saha satria kakasihna?
Arjuna: kaula arjuna,,,
Mintarsah: ahhh,,, tina rupa nepi ka ngaran meuni pantes, jigana bakal amis nepi ka ramo-ramo... sabaraha nohp na?
di mana anjeun arjuna,,,
Arjuna: Kaula ti nagara Astina...
Mintarsah: Arjuna,,, anjeun daek heunteu mun jadi salaki kaula? Sasatna kaula teh ka tarik ka taji ka pati-pati ka salira...
Arjuna: Hampura Mintarsah,,, moal bisa sabab urang teh beda bangsa.
Mintarsah: Keun bae beda bangsa oge jeung ku kaula di jamin harta ka kaya'an emas picis ku maricis inten jumanten...
Arjuna: Kaula nepi ka danget ieu can gaduh maksud gaduh bojo, da kaula maksud asup ka ieu leuweng amer teh keur neangan anu jadi lanceuk nu ngababad ieu leuweng... jeung kaula teh masih panjang keneh lalakon...
Mintarsah: Sok bilih hoyong tuangeun-tuangeun anu nikmat sa dunya ku kaula bakal di sayogikeun...
Arjuna: Tong maksa mintarsah, Mun kaula ngomong kasar anjeun bakal ka singgung... jeung kaula can gaduh maksad bojo'an...
Mintarsah: teu nanaon nu penting daek heunteu,,, da ngaranna oge hate, hate mah da puguh hate di pangpaler keun oge hese...
Arjuna: Teu sudi abring-abringan teu suka aprak-aprakan jeung teu pantes urang mah beda bangsa,,,
Mintarsah: tobaattt kaula di tampik,,, maneh nyingkah heula ka dituh... (bari nonggongan arjuna)
Denawa: mangga kulan gusti,, ahhh aing maol tulus ngahakan jelema, komo nu iti mah moal teu amis geua beureum kitu...
Cepot: emangna aink tomat goblog,,, make jeung amis...
Denawa: tah mun nu hideung mah geus buruk teuing,,, kaula pamit kulan gusti...
Semar: kade agan,, kade,,,
Arjuna: Hayu kang urang indit, pot wayahna pang mancing keun supaya ambek,,,
(Bari jeung indit)
Dawala: ari aka daek kanu kitu?
Cepot: ah nu penting mah dewek mah aya asal aya tapak suweng,,,
Dawala: emang nafsu kanu beungeut breuwes model kitu?
Cepot: tah beungeutna mah urang turuban make koran anu gambar artis...
Dawala: heueh pek kadinyah...
Mintarsah: engkang piraku tega ka kaula, engkang arjuna...
(Cepot ngomong gaya arjuna)
Cepot: Mintarsah ayeuna mah jelema anu maturan kaula geus arindit,,, da akang oge normal, lain akang nampik tapi akang can gaduh pangalaman anu jero...
(Baru nyabak punduk mintarsah)
Mintarsah: ahh eta panangan meuni cubuk cabak kitu,,,
Cepot: akang oge sarua weh cinta ka salira, salira boga kahayang da kontak kana hate akang kitu mintarsih...
Mintarsah: Mintarsah...
Cepot: aeh enya sah,
Mintarsah: bener salira cinta ka kaula?
Cepot: bener...
Mintarsah: atuh naha salira lain titatadi (barang ngareret ka tukang)
ahhh bangsat..! Kurang ajar siah...
Cepot: ihhh,,, (langsung kabur)... Bersambung ...



Sumber :  http://www.facebook.com/photo.php?fbid=414031478655989&set=a.268729466519525.64833.266464696746002&type=3&theater
      
                                                        



BIMA

Penjelasan Bima
1. Brata Sena
2. Anting Manggis Peteng
3. Kalung Naga Bandang
4. Geulang Candra Kirana
5. Kuku Panca Naka
6. Sinjang Babitul Aji
7. Saha wae nu ngangge eta Sinjang Babitul
Aji...

1. Brata Sena hartosna Brata= Dulur,
Sena= Gajah atawa Gede,
sing bisa jadi dulur
anu Gede atawa Jembar, nu bisa mikanyaah
jeung welas asih ka sasama saperti hirup na
gajah, rukun sauyunan jeung sasama

2. Anting Manggis Peteng = Hiasan ceuli,
Manggu Hideung, hartina pake eta ceuli ku
dedengean anu jujur, sok sanajan hideung tp
jero na bodas jeung amis tur luyu jeung
cupat na, nyambung kanu

3. Kalung Naga Bandang nu nyangsang dinu beuheung,
Hartina nasib beuheung aya dinu Sungut
atawa Biwir, jaga ucapan lisan ku sabab
ucapan lisan leuwih matih ti peurah oray
jeung leuwih panas ti seuneu naga, ucapan
lisan salawasna kudu tetep jujur pikeun
nanjeurkeun bebeneran..

4. Geulang Candra Kirana=Geulang Cahaya
Bulan, dipake dinu leungeun, ari leungeun
nu bisa saling bantu jeung nyalametkeun
hirup urang jeung papada manusa.
Gunakeun kadua leungeun sing saperti
Cahaya Bulan, Nyaangan anu poekeun tapi
teu nyeraban, linduh iuh tur tengtrem, luyu
jeung

5. Kuku Panca Naka nu harti na LIMA KUKU
nu manunggal jadi HIJI maksud na Ca'angan
hirup anu sapoe sapeuting (Tunggal) ku anu
Lima waktu (Panca) nyata na Ibadah Sholat
anu ngajadikeun hirup tengtrem, iuh jeung
ti'is (Pikir).

6. Sinjang Babitulaji hartina Samping (Bungkus)
4 warna (Beureum, Hideung, Bodas jeung
Koneng) nyaeta nyoko kanu purwa daksi
hirup hurip jeung nafsu anu mungkus
manusa...

Anu make eta sinjang atawa samping :
1. Semar Badranaya (Hideung/Bumi)
2. Batari Durga/Dewi Uma (Beureum/
Seuneu)
3. Batara Bayu (Koneng/Angin)
4. Hanoman (Bodas/Cai)
5. Para Dewa (Ngan saukur Simbul)